Rabu, 30 November 2011

Makalah Hedonisme, Konsumerisme, dan Individualisme Dalam Era Globalisasi dan Modernisasi

Hedonisme, Konsumerime dan Individualisme Dalam Era Globalisasi dan Modernisasi

BAB I

1.         Pendahuluan
1.1     Latar Belakang
Globalisasi atau penyejagatan adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Dewasa ini, globalisasi erat kaitannya dengan modernisasi. Hal ini dikarenakan proses globalisasi yang terjadi dewasa ini dipengaruhi oleh proses kemajuan pengetahuan dan juga teknologi. Proses kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut adalah bagian daripada modernisasi.

Dari sisi kebudayaan, globalisasi dan modernisasi yang terjadi tidak dapat dipungkiri lagi mempengaruhi atau merubah pola kehidupan bermasyarakat atau tatanan kehidupan social masyarakat negara yang mengalaminya. Hal ini dikarenakan adanya penyerapan dan pencampuran budaya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Perubahan pola kehidupan masyarakat yang terjadi, menghasilkan pandangan-pandangan kehidupan yang berbeda pula.

Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran masyarakat yang mengalami perubahan social tersebut. Melalui globalisasi dan juga modernisasi, manusia dalam kaitannya dengan pandangan hidup  memandang segala sesuatu dengan sisi pandangan yang berbeda dan lebih rasional. Penulisan makalah ini dilatarbelakangi oleh persoalan bagaimana perkembangan pandangan-pandangan hidup baru seperti hedonisme, konsumerisme, dan Indivudialisme yang telah menjadi gaya hidup dalam era globalisasi dan modernisasi ini?

1.2     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.       Pengertian Globalisasi dan Modernisasi
2.       Pengertian Hedonisme, konsumerisme, dan individualisme
3.       Hubungan hedonisme, konsumerisme, dan individualisme dengan globalisasi dan modernisasi
4.       Perkembangan pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualisme dalam era globalisasi dan modernisasi
5.       Dampak negatif dari pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualisme.

BAB II
2. Pembahasan
           
     2.1 Pengertian Globalisasi dan Modernisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah Universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.


Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Namun secara umum globalisasi diartikan suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Sedangkan modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, modernisasi itu dapat diartikan pula pada sebuah perubahan yang sangat signifikan didalam pola hidup manusia seperti dari sebuah zaman tradisional menjadi zaman yang modern. Sehingga dengan adanya zaman modern ini, dapat membuat sebuah pekerjaan terlihat lebih mudah atau instant.


2.2     Pengertian Hedonisme, Konsumerisme dan Individualisme


·  Pengertian Hedonisme
Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya "kesenangan". Secara umum Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia.
 
·  Pengertian Konsumerisme
Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan  atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya. Pengertian yang singkat ini sudah menjelaskan bahwa konsumersisme itu benar-benar mengarah ke dampak yang tidak baik ataupun negative.

·  Pengertian Individualisme
Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak peribadi. seseorang individualis tidak terikat kepada takat moral yang diguna pakai oleh masyarakat dan individualis adalah bebas untuk mementingkan diri sendiri, hidup dengan altruisme atau apa-apapun cara hidup yang mereka gemar tanpa memedulikan orang lain, dan bahkan sampai melupakan kodrat mereka sebagai makhluk social. Sikap hidup seperti inilah yang dapat memudarkan solideritas dan kesetiakawanan sosial, musyawarah mufakat, gotong royong dan sebagainya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Individualisme adalah gabungan dari 2 buah kata yaitu individual=pribadi dan isme=faham dalam arti besar merupakan satu paham yang menerangkan bahwa seseorang yang mementingkan haknya pribadi tanpa memperhatikan orang lain.


2.3 Hubungan Hedonisme, Konsumerisme, dan Individualisme dengan Globalisasi    dan                  Modernisasi.
      Pandangan hidup seperti hedonisme, konsumerisme, dan individualisme tidak terlepas dari proses globalisasi dan modernisasi. Dalam era globalisasi dan modernisasi ini, hampir semua orang mengutamakan kesenangan semata, konsumsi dalam skala besar, dan pencapaian benda-benda materi dalam segala upaya. Untuk mencapai semua yang diinginkannya itu segalah usaha akan dilakukan, walaupun harus mengorbankan banyak hal yang dimilikinya.
       
      Dalam kaitannya dengan hedonisme, di era globalisasi dan modernisme ini mencapai kenikmatan atau kesenangan semata adalah tujuan mutlak. Hedonisme sendiri bermakna bahwa pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang paling hakiki bagi manusia. Hal ini menyebabkan perilaku manusia sebagai konsumen semakin menggila, yaitu Perilaku yang mengatas-namakan merk, kekuasaan, dan kenikmatan sesaat. Dampak negatifnya, muncul ideologi bahwa formalitas kini menjadi segalanya, hal terpenting bagi dirinya adalah images yang di mana mereka dapat menyalurkan hasrat. Contoh tindakan hedonisme dalam era globalisasi ini muncul dalam beragam tindakan aktivitas, mulai dari penomorsatuan sebuah merk, hingga free sex.


Sama halnya dengan hedonisme, globalisasi dan modernisasi juga mampu menyebarkan ideologi konsumerisme. Hal ini dikarenakan perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin pesat sehingga segala sesuatu sangat mudah untuk didapatkan. Perkembangan teknologi, misalnya perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
 Dewasa ini Bisa kita lihat bahwa kebutuhan yang dibeli atau di konsumsi adalah barang-barang yang menurut pandangan mereka adalah barang-barang yang “mewah” misalnya kulkas, televisi, radio, tape-corder, kompor gas, bahan, alat-alat masak dan makanan-makanan (supermi dan sejenisnya, snack dan sebagainya). Pembelian–pembelian tersebut begitu meriahnya, tanpa disadari pentingnya setelah mereka membeli.
 

Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya.

Biaya yang ditanggung secara harian atau bulanan adalah biaya listrik, sementara barang-barang tersebut kurang produktif untuk bisa menghasilkan uang secara harian atau bulanan. Pembelian tersebut sekedar menghabiskan uang “dadakan” yang tidak diperhitungkan beban selanjutnya setelah memiliki barang-barang tersebut.  Hal-hal tersebut merupakan sifat-sifat konsumerisme.
Proses globalisasi dan modernisasi yang terjadi juga menciptakan pandangan hidup lainnya, yaitu individualisme. Dengan adanya kemajuan teknologi dan pencampuran budaya asing, telah mengubah paradigma seseorang yang menganggap bahwa mampu memiliki benda atau materi yang lebih tinggi dari orang lainnya adalah tujuan ia hidup di dunia ini. Usaha-usaha yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut bahkan dilakukan tanpa perlu mengandalkan orang lain atau biasa disebut dengan individualis. Orang-orang yang menganut pandangan ini menganggap bahwa dirinya sendirilah yang menjadi kunci dalam kesuksesan dirinya sendiri atau bahkan organisasi sekitarnya. Kehidupan menyendiri adalah salah satu ciri kehidupan individualis.



2.4 Perkembangan pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualism   dalam era globalisasi dan modernisasi
·         Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Dalam era globalisasi dan modernisasi ini, pandangan hidup hedonisme telah menjadi trend  bagi sebagian besar kalangan. Mereka memiliki  pemahaman yang mementingkan kesukaan dan kemewahan dalam kehidupan, tanpa menghiraukan larangan agama dan tatasusila. Kesenangan, kesukaan, dan kemewahaan diera globalisasi dan modernisasi ini dilambangkan dengan uang.
      
     Peningkatan ideologi hidup hedonisme ini dapat dilihat dari contoh kriminalitas, salah satunya yaitu korupsi. Dewasa ini, tidak ada Negara yang terlepas dari praktik kasus korpusi. Mereka tidak memperdulkan akan setiap pihak-pihak yang dirugikan, karena yang menjadi tujuan utama kehidupan mereka adalah kesenangan dan kemewahan. Dengan mengumpulkan uang sebanyak-banykanya maka kesenangan dan kepuasan itu dapat terpenuhi, tidak perduli bagaimanapun caranya. Agama yang seharusnya menjadi penghambat maupun penunnjuk arah bagi mereka tidak lagi dipandang eksistensinya.
·         Dalam era kehidupan globalisasi dan modernisasi sekarang ini, polah hidup konsumtif atau konsumerisme telah berkembang pesat. Pandangan kehidupan konsumerisme ini bukan saja telah menjangkit masyarakat menengah ke atas saja, akan tetapi telah sampai pada masyarakat yang paling bawah dalam tingkatan sosial dan ekonominya. Pola hidup konsumtif ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, bahwa barang yang mereka beli adalah barang-barang yang menurut pandangan mereka adalah barang-barang yang “mewah” misalnya kulkas, televisi, radio, tape-corder, kompor gas, bahan, alat-alat masak dan makanan-makanan (supermi dan sejenisnya, snack dan sebagainya). Pembelian–pembelian tersebut begitu meriahnya, tanpa disadari pentingnya setelah mereka membeli.


Saat melakukan pembelian barang-barang tersebut memang tidak akan menjadi beban yang bersangkutan manakala yang dibeli adalah bahan-bahan makanan/ minuman atau alat-alat masak yang tidak elektromik. Akan tetapi ternyata mereka sekarang membeli peralatan dan barang-barang yang tidak primer dan yang elektronik (Kulkas, TV misalnya), tidak terpikirkan bahwa setelah membeli dan memiliki akan mengandung biaya. Biaya yang ditanggung secara harian atau bulanan adalah biaya listrik, sementara barang-barang tersebut kurang produktif untuk bisa menghasilkan uang secara harian atau bulanan. Pembelian tersebut sekedar menghabiskan uang “dadakan” yang tidak diperhitungkan beban selanjutnya setelah memiliki barang-barang tersebut. Inilah yang dikatakan sebagai bukti bahwa masyarakat menengah kebawah sangat konsumerisme. Tanpa disadarik mereka memiliki barang-barang yang kurang produktif dan justru akan menjadi beban harian atau bulanan, yang berarti tidak menolong kehidupan sehari-hari, akan tetapi kebalikannya yaitu memberi beban biaya harian atau bulanan mereka. Jika dilihat secara global, maka pola kehidupan konsumtif ini telah mewabah hamper kesemua lapisan masyarakat. Setiap orang selalu berusaha untuk memiliki atau menghabiskan uang yang dimilikinya untuk membeli produk-produk yang belum pasti dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Gaya hidup orang konsumerisme tentu sudah sangat jelas terlihat, bahwa seseorang tidak pernah puas akan apa yang dimiliknya, untuk itu mereka selalu berupaya untuk meiliki hal yang lebih dan lebih lagi dari apa yang orang lain punya.

·         Pandangan hidup individualisme menjelaskan bagaimana seseorang hidup tanpa adanya sosialisasi dengan orang lain. Hal ini berarti memberikan pengertian bahwa Individualisme itu sendiri merupakan bentuk keegoisan seseorang didalam melakukan segala hal.
Dengan sifat egoisnya itu, orang-orang itu tidak memperdulikan orang-orang yang ada disekitarnya untuk dapat hidup bersosialisasi dengan dirinya. Dalam era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, pola kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan pandangan hidup seperti ini telah berkembang kebanyak bangsa. Sebagai contoh misalnya di Korea, yaitu kekuatan persatuan yang didasarkan pada kedaerahan dan hubungan sekolah, yang secara tradisional sudah menjadi inti cara orang Korea menjalin hubungan, kini telah berkurang. Hasil dari survey yang menunjukkan bahwa individualisme telah berkembang di antara masyarakat yang diadakan oleh LG Economic Research Institute pada tanggal 13 Juni, menyatakan bahwa dari Sebanyak 1.800 orang berpartisipasi di dalamnya ada 36,4% responden memprioritaskan individualitas ketimbang organisasi. Sebanyak 36,8% mengatakan mereka tidak setuju apabila tindakan atau aksi yang dilakukan untuk publik harus memberi batasan atau melanggar hak pribadi seseorang. Masih banyak beberapa kasus yang menyatakan bahwa dalam era globalisasi dan modernisasi ini bahwa pandangan hidup individualism telah berkembang pesat keseluruh Negara.
2.5 Dampak negatif dari pandangan hidup hedonisme, konsumerisme, dan individualisme

a.       Banyak sekali dampak negatif yang tibul akibat hedonisme antara lain :
·         Hedonisme membuat orang lupa akan tanggungjawabnya karena apa yang dia lakukan semata-mata untuk mencari kesenangan diri. Jika hal-hal tersebut mampu menggeser budaya bangsa Indonesia maka sedikit demi sedikit Indonesia akan kehilangan jati diri yang sesungguhnya.
·         Manusia akan memprioritaskan kesenangan diri sendiri dibanding memikirkan orang lain, sehingga menyebabkan hilangnya rasa persaudaraa, cinta kasih dan kesetiakawanan sosial.
·         Sikap egoisme akan semakin membudaya, inilah bukti hedonisme yang menjadi impian kebanyakan anak muda.
·         Semakin berkembangnya sistem kapitalis-sekuler karena sistem inilah yang menyebabkan hedonisme berkembang secara pesat.
·         Merusak suatu sistem nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat sekarang, mulai sistem sosial, politik, ekonomi, hukum, pendidikan sampai sistem pemerintahan.
·         Meningkatnya angka kriminalitas. Tindak kriminal yang akhir-akhir ini marak terjadi kebanyakan dilatar belakangi oleh sifat hedonisme manusia semata.
b.      Komsumerisme tidak terlepas dari yang namanya modernisasi. Seseorang yang sudah termasuk didalam kategori konsumerisme ini sangat susah untuk menghindarinya, karena mereka sudah menganggap bahwa mereka harus menjadi yang pertama diantara orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dampak negative dari pola kehidupan konsumtif adalah sebagai berikut:
 ·              Pemakaian uang yang berlebihan atau boros.
 ·     Pemanfaatan barang atau produk-produk yang tidak sesuai kebutuhan yang seharusnya diharapkan.
 ·             Gangguan pssikologis, dengan kebiasaan mengkonsumsi suatu hal yang berada diatas normal menebabkan kecanduan akan benda tersebut, dan jika kebutuhan akan benda tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan gangguan psikologisnya.
·              Tindakan criminal, keinginan seseorang yang telah tergabung dalam            pola hidup konsumtif akan semakin buruk, jika yang bersangkutan          tidak lagi dapat memenuhi keinginnanya maka terpaksa ia harus melakukan tindakan kriminal, seperti mencuri ataupun merampok.

          c.       Adapun dampak negative yang dihasilkan dari pola hidup individualis, yaitu:
·                Kehilangan rasa solidaritas terhadap sesame
·                Egoisme yang tak terbatas
·                Terasingkan dari kehidupan social
·                Kesulitan dalam bersosialisasi


BAB III
3. Penutup
3.1 Kesimpulan

Dari latarbelakang hingga pembahasan yang telah dijelaskan dalam  penulisan makalah ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
2.      Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern.
3.      Perkembangan pandangan kehidupan hedonisme, konsumerisme, dan individualisme berhubungan erat kaitannya dengan globalisasi dan modernisasi.
4.      Pandangan hidup seperti hedonisme, konsumerisme, dan individualisme terus dan akan semakin berkembang bila tidak ada pemahaman positif dari pribadi didalamnya, hal ini akan memberikan dampak negatif jika terus dipertahankan sebagai pedoman atau nilai-nilai dasar kehidupan.


3.2 Saran
                          Sebagai mahasiswa yang berintelek kita wajib dan harus mengikuti segala apa yang berkembang di dunia ini. Oleh sebab itu, penulis memberikan saran kepada pembaca sekalian, bahwa kita boleh saja mengikuti perkembangan zaman modern sekarang ini, tetapi sebagai mahasiswa kita harus jeli serta menyaring terlebih dahulu apa-apa saja yang baik bagi kehidupan kita dimasa sekarang serta masa yang akan mendatang, agar nantinya kita tidak salah langkah dan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik untuk diri kita sendiri maupun Tuhan.
  Sebagai manusia kita harus selalu mengikuti perkembangan zaman, khususnya dizaman modern ini. Modernisasi ini sungguh membuat hidup kita berubah 360° menjadi cara hidup kebarat-baratan. Begitu juga dengan sifat Hedonisme serta Kosumerisme yang selalu membuat diri kita merasa kekurangan. Dan juga sifat individualisme yang telah kita pahami sebagai paham atau ideologi yang salahg seharusnya kita hilangkan, karena kita hidup untuk mengasihi sesama kita manusia dan bukan untuk hidup menyendiri.



BAB IV
Daftar Pustaka

Bambang, Suprapto.2001. Sosiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada

Hasibuan, Sofia Rangkuti. 1994. “Individualisme berkemandirian dalam Sejarah Amerika”,  Disertasi Sarjana tak diterbitkan, Universitas Indonesia.
Donald, P., Harby, L. & Gary , W. 1998. Globalisasi dan Modernisasi, 19 Maret 1997: Gejala Hedonisme menulari remaja, (Online), (http:// www.peutuah.com results/ study.html, diakses 25 November 2011).
Anita, Veni. 2008. Konsumerisme, 22 Juli 2008: Budaya Konsumerisme, (Online), (http://intl.feedfury.com/content/19423840-budaya-konsumerisme.html, diakses 25 November 2011).
Andy, Muhammad. 2005. Pandangan Hidup, 14 Juni 2005: Manusia dan Pandangan Hidup, (Online), (http://psyche2nest.wordpress.com/2010/11/29/manusia-dan-pandangan-hidup/, diakses 25 November 2011).
Wikipedia  (Jakarta), 28 Pebruari 1995


Oleh,
Nama     : Daniel Sitanggang
NPM     : 1112011093
Fakultas : Hukum, Universitas Lampung








Abstraksi Proses Sosial


Nama               : Daniel Sitanggang
NPM               : 1112011093
Mata Kuliah    : Sosiologi

Abstrak
Proses sosial hakekatnya adalah hubungan timbal balik antar individu maupun antar kelomok sosial yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Namun pembahasan mengenai proses sosial tidak hanya terbatas pada definisi diatas, melainkan pada hal yang sangat luas. Salah satu metode untuk memahami proses sosial dapat dilakukan dengan memahami bentuk-bentuk interaksi sosial didalamnya.
Dikatakan bahwa interaksi sosial dapat membantu dalam pembahasan mengenai proses sosial, hal ini dikarenakan interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dengan cara tersebut diharapkan akan diperoleh baik dynamic aspect (fungsi masyarakatnya) maupun static aspect (struktur masyarakatnya). Namun bagaimanakah interaksi sosial itu terjadi? Menurut teori Gillin and Gillin dikatakan bahwa interaksi sosial dapat terjadi apabila dua orang bertemu meskipun tidak saling bicara, oleh karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf-syaraf orang yang bersangkutan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:69) interaksi terjadi karena adanya berbagai faktor, seperti imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati. Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial. Sesuai dengan pandangan soerjono soekanto, interaksi sosial hanya akan dapat terjadi jika adanya kontak sosial dan juga komunikasi. Kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat utama dalam poses terjadinya interaksi sosial, karena kedua hal ini lah yang memungkinkan seseorang dapat saling berinterkasi satu sama lain.
Secara harfiah, definisi dari kontak sosial itu sendiri adalah hubungan melalui sentuhan-sentuhan fisik. Namun pemahaman dari kontak sosial itu tidak  hanya sebatas definisi tersebut saja atau bukanlah semata-mata tergantung dari tindakan saja, melainkan juga tanggapan terhadap tindakan tersebut.  Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif, positif maksudnya mengarah pada suatu kerjasama sedangkan negatif mengarah pada suatu pertentangan. Kontak sosial dapat pula bersifat primer dan juga sekunder, primer maksudnya hubungan yang terjadi secara langsung atau tatap muka, sedangkan sekunder melalui orang ketiga atau perantara.

Terjadinya proses kontak sosial tidak lepas pula karena adanya proses komunikasi antara orang yang bersangkutan. Komunikasi adalah perilaku yang dilakukan seseorang terhadap orang lainnya yang bertujuan memberikan tafsiran atau perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan. Komunikasi itu sendiri dapat berwujud pembicaraan, gerak-gerik badaniah dan juga sikap. Dengan adanya komunikasi, sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh phak eksternal lainnya. Suatu komunikasi dapat dikatakan berjalan sebagai komunikasi jika kedua belah pihak yang sedang menjalin komunikasi tersebut saling memahami maksud dari salah satu pihak yang menyampaikan pesan. Hal ini lah yang kemudian menjadi sebuah interaksi sosial.
Jika dipahami secara harfiah, adalah benar jika suatu kontak sosial selalu terikat dengan komunikasi. Namun kenyataannya tidak sedemikian adanya, karena dalam sebuah interaksi kontak sosial tidak selalu terikat dengan komunikasi. Hal ini dikarenakan salah satu ataupun kedua belah pihak yang melakukan kontak tidak memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh salah satu pihak. Misalnya, orang asing yang berjabat tangan dengan orang Indonesia namun kedua belah pihak saling tidak mengerti bahasa yang digunakan. Dari Ilustrasi tersebut, kontak sebagai syarat pertama telah terjadi, akan tetapi komunikasi tidak terjadi karena interaksi sosial tidak terjadi.
Sama halnya dengan kontak sosial, komunikasi pun memiliki dua sifat yang sama yaitu sifat positif maupun negatif, dimana sifat positif menghasilkan kerjasama dan negatif menghasilkan pertikaian. Menurut pandangan Emory S.Bogardus, 961:253, pertikaian itu terjadi kemungkinan sebagai akibat dari salah faham atau karena masing-masing tidak mau mengalah. Jelaslah sudah bahwa suatu hal dapat dikatakan sebagai proses sosial harus melalui beberapa tahapan panjang dari interaksi sosial yang didalamnya harus memenuhi proses kontak sosial hingga komunikasi.